Laman

Sabtu, 19 Februari 2011

Jika Aku Menjadi Pak Aman Ketua RW 04 (KKNM Dunguswiru)

Pak Aman, entahlah, saya juga tidak tahu siapa nama lengkap Ketua RW 04 Desa Dunguswiru ini. Tapi saya sangat tertarik dengan pria paruh baya berperawakan kecil, hitam dan berambut ikal ini. Pertama kali bertemu saat di Kampung Bakom ketika ada kerja bakti pembuatan jalan. Saya dibuat terkejut oleh kata-kata pertama yang keluar dari mulut pria kocak ini yang belum saya kenal sebelumnya. Ketika sedang bersusah payah mengangkat dua ember pasir, Pak Aman berkata dengan cueknya “ Udah Dek, jangan diangkat sekaligus dua ember, berat, bapak aja yang ganteng cuma ngangkat satu ember”, dengan logat sunda yang kental. Ini bapak-bapak lucu juga ungkap saya dalam hati.

Pertemuan selanjutnya ketika Sosialisasi KKNM di Kantor Desa. Ketika tak ada yang mau tampil sebagai perwaiklan tiap RW, majulah Pak Aman sebagai perwakilannya. “Bapak mah grogi kalau disuruh ngomong formal gini, mending bapak ngabodor aja” ucapnya. Seketika para hadirin langsung tertawa, mungkin karena mereka sudah kenal dengan sosok pria kocak ini.

Pernah suatu saat, Pak Aman dating berkunjung ke rumah kontrakan kami. Disitulah kami sempat ngobrol panjang. Ternyata Pak Aman sudah menjabat ketua RW selama 28 tahun. “Ya gimana Dek, gak ada lagi yang mau jadi Ketua RW, soalnya gak ada duitnya, gak seperti di kota”, ucap pria yang selalu memanggil saya dengan sapaan “Dek” ini, mungkin lebih nyaman seperti itu, atau memang lupa nama saya. Ya sudahlah, bukan itu inti dari cerita ini sebenarnya.

Pak Aman punya tiga orang anak yang semuanya perempuan. Dua sudah menikah dan ikut suaminya dan satu lagi baru lulus SMK. “Walaupun bapak hanya sekolah sampai kelas dua SD, tapi semua anak bapak lulus SMA Dek” ucapnya dengan penuh rasa bangga.

Pada saat persiapan Perpisahan KKNM UNPAD, sangat terlihat dedikasi Pak Aman sebagai warga sekaligus Ketua RW. Beliau mengerahkan beberapa anggota masyarakat untuk terlibat dalam kerja bakti persiapan perpisahan kami. Jam delapan pagi, Pak Aman sedah siap dengan teman paruh baya yang lain, sementara kami, peserta KKNM, masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, padahal ini acara perpisahan kami. Tidak pentinglah semua itu, inti cerita ini adalah Pak Aman. Persiapan acara pun selesai berkat bantuan Pak Aman dan teman paruh bayanya.

Satu hal lagi yang membuat saya kagum. Pak Aman mempunyai jam kerja yang teratur walaupun hanya seorang petani. Setelah sarapan pagi, beliau berangkat ke sawah sampai menjelang Zuhur. Setelah itu beliau Shalat Zuhur di Mesjid samping rumahnya. Manjelang Ashar diisi dengan pekerjaan beliau sebagai Ketua RW. “Setelah Ashar sampai malam mah acara bebas Dek” ucap beliau sambil tertawa.

Sampai pada acara puncak Perpisahan KKNM UNPAD, Pak Aman masih antusias menyaksikan acara kami. Ditambah lagi dengan tampilnya beliau ke atas panggung, dan pastinya dengan kelucuan yang beliau miliki. Beliau mampu membangkitkan semnagat penonton yang sudah mulai mengantuk. Pada saat pemutaran film dokumenter mengenai KKNM dan Desa Dunguswiru, Pak Aman terlihat sangat antusias karena beberapa kali beliau sempat muncul di layar. “Tuh kan Dek, kalau orang ganteng mah selalu ada dimana-mana” ucapnya dengan diikuti tawa penonton lainnya. Saya pun semakin dengan tingkat percaya diri beliau. Kepercayaan diri memang kurang dari remaja zaman sekarang, belum mencoba sudah bilang tidak bisa.

Kalaupun sempat berkunjung lagi ke Desa Dunguswiru, rumah Pak Aman lah yang pertama kali saya kunjungi. Dan hal terakhir yang membuat saya kagum adalah tanggapan masyarakat desa terhadap Pak Aman. Hampr setiap warga mengucapkan hal yang sama. “Ya kalau Ketua RW nya saja nama nya Pak Aman, ya sudah pasti lingkungannya juga aman”.