“Foto samo badut, limo ribu sepuasnya” mungkin kalimat ini lah yang sering terdengar
jika kita melintasi kawasan wisata Jam Gadang Bukittinggi.
Beberapa waktu yang lalu ketika
saya dan seorang teman yang mau hunting foto di area wisata Jam Gadang juga mendengar
kalimat diatas diteriakan beberapa kali. Seketika, seorang pemuda yang menenteng
sebuah kamera sambil membawa beberapa buah foto menghampiri kami menawarkan
foto bersama badut. Pemuda ini semacam “calo” yang menawarkan jasa foto bersama
badut kepada setiap pengunjung. Hanya dengan Rp.5000,- pengunjung bisa berfoto
sepuasnya dengan badut-badut ini. Setidaknya lebih dari 20 badut menawarkan
jasa diobjek wisata yang menjadi ikon Bukittinggi itu. Para pengunjung bisa
menikmati atau bersenda gurau dengan badut yang menggunakan kostum tokoh kartun
seperti Micky Mouse, Shaun The Sheep, Tom & Jerry, dan lainnya.
Yang membuat saya tertarik
bukanlah berfoto dengan badut-badut ini, tapi sosok yang ada di dalam
kostum-kostum unik ini. Mereka adalah anak-anak usia sekolah yang ingin
membantu orang tua sekaligus menambah uang jajan, itu lah yang saya pikirkan
pada awalnya. Setelah mengambil beberapa foto dengan mereka, saya iseng untuk
mengajak berkenalan sekaligus ngobrol. Tokoh badut berwarna coklat muda ini
menyambut hangat uluran tangan saya sambil membuka topengnya. Karena bukan
akhir pekan jadi pengunjung juga tidak banyak, Bintang si Badut ini saya ajak
mengobrol di sebuah kursi taman, tak jauh dari Jam Gadang.
Saya dan Bintang ngobrol panjang
lebar, mulai dari penghasilan perhari, sejak kapan jadi badut, sampai ke
persoalan sekolah si hitam manis yang masih duduk di kelas 5 SD ini. Kebetulan
hari itu hari jumat pagi, dan Bintang tidak masuk sekolah hari itu. Sewaktu saya
tanya kenapa tidak masuk sekolah, Bintang menjawab “Maleh sakolah nyo Bang, ancak jadi badut lai, lai jo dapek pitih. Bisa
wak agiahan ka Amak wak, tu labiahnyo untuk lanjo”. (Males kalau sekolah, lebih baik jadi badut, dapet
uang. Bisa dikasih ke orang tua, dan sisanya buat jajan.)
Mendengar jawaban seperti itu, saya
semakin penasaran dengan keluarga Bintang. Ternyata Bintang berasal dari
keluarga kurang mampu, Ayah nya penjual buah keliling, Ibu nya adalah ibu rumah
tangga, dan dia mempunyai dua orang adik yang masih kecil. Mungkin, bagi
Bintang dan keluarganya, pendidikan bukan lagi hal penting dibandingkan dengan
persoalan ekonomi keluarga. Lebih baik mencari uang daripada sekolah, yang
notabene hanya membuang-buang uang bagi mereka.
Terlepas dari itu semua, berkat Bintang dan
kawan-kawan badutnya, kawasan wisata Jam Gadang hadir dengan warna baru.
Pendapatan daerah pun semakin meningkat sekaligus kembali memperkenalkan sosok
baru dari Jam Gadang. Bintang senang, pengunjung pun senang, dan Jam Gadang tersenyum
dalam diam.