Laman

Senin, 10 September 2012

Di Balik Topeng Badut Jam Gadang



“Foto samo badut, limo ribu sepuasnya”  mungkin kalimat ini lah yang sering terdengar jika kita melintasi kawasan wisata Jam Gadang Bukittinggi.
Beberapa waktu yang lalu ketika saya dan seorang teman yang mau hunting  foto di area wisata Jam Gadang juga mendengar kalimat diatas diteriakan beberapa kali. Seketika, seorang pemuda yang menenteng sebuah kamera sambil membawa beberapa buah foto menghampiri kami menawarkan foto bersama badut. Pemuda ini semacam “calo” yang menawarkan jasa foto bersama badut kepada setiap pengunjung. Hanya dengan Rp.5000,- pengunjung bisa berfoto sepuasnya dengan badut-badut ini. Setidaknya lebih dari 20 badut menawarkan jasa diobjek wisata yang menjadi ikon Bukittinggi itu. Para pengunjung bisa menikmati atau bersenda gurau dengan badut yang menggunakan kostum tokoh kartun seperti Micky Mouse, Shaun The Sheep, Tom & Jerry, dan lainnya.
Yang membuat saya tertarik bukanlah berfoto dengan badut-badut ini, tapi sosok yang ada di dalam kostum-kostum unik ini. Mereka adalah anak-anak usia sekolah yang ingin membantu orang tua sekaligus menambah uang jajan, itu lah yang saya pikirkan pada awalnya. Setelah mengambil beberapa foto dengan mereka, saya iseng untuk mengajak berkenalan sekaligus ngobrol. Tokoh badut berwarna coklat muda ini menyambut hangat uluran tangan saya sambil membuka topengnya. Karena bukan akhir pekan jadi pengunjung juga tidak banyak, Bintang si Badut ini saya ajak mengobrol di sebuah kursi taman, tak jauh dari Jam Gadang.
Saya dan Bintang ngobrol panjang lebar, mulai dari penghasilan perhari, sejak kapan jadi badut, sampai ke persoalan sekolah si hitam manis yang masih duduk di kelas 5 SD ini. Kebetulan hari itu hari jumat pagi, dan Bintang tidak masuk sekolah hari itu. Sewaktu saya tanya kenapa tidak masuk sekolah, Bintang menjawab “Maleh sakolah nyo Bang, ancak jadi badut lai, lai jo dapek pitih. Bisa wak agiahan ka Amak wak, tu labiahnyo untuk lanjo”. (Males  kalau sekolah, lebih baik jadi badut, dapet uang. Bisa dikasih ke orang tua, dan sisanya buat jajan.)
Mendengar jawaban seperti itu, saya semakin penasaran dengan keluarga Bintang. Ternyata Bintang berasal dari keluarga kurang mampu, Ayah nya penjual buah keliling, Ibu nya adalah ibu rumah tangga, dan dia mempunyai dua orang adik yang masih kecil. Mungkin, bagi Bintang dan keluarganya, pendidikan bukan lagi hal penting dibandingkan dengan persoalan ekonomi keluarga. Lebih baik mencari uang daripada sekolah, yang notabene hanya membuang-buang uang bagi mereka.
Terlepas dari itu semua, berkat Bintang dan kawan-kawan badutnya, kawasan wisata Jam Gadang hadir dengan warna baru. Pendapatan daerah pun semakin meningkat sekaligus kembali memperkenalkan sosok baru dari Jam Gadang. Bintang senang, pengunjung pun senang, dan Jam Gadang tersenyum dalam diam.