Laman

Selasa, 13 April 2010

SMA

Kalau aja tadi sore ga ada hujan badai di Jatinangor, kalau aja tadi sore antena tv gw ga patah gara-gara ditiup angin, mungkin gw ga akan kembali ke masa-masa indah waktu gw SMA. Kalau saja semua itu ga terjadi, pasti gw masih dengan santainya nonton tv di kamar kost gw. Mungkin ini sisi positif dari patahnya antena tv gw, tapi sebenarnya lebih banyak dampak negatifnya.

Gw nyalain komputer warisan kesayangan gw. Awalnya, iseng gw buka folder “High School Never Ends”. Jujur ini iseng doank, ini dikarenakan udah malam dan ga mungkin gw nyetel musik semalam ini. Pernah beberapa kali gw coba, dan hp gw dibanjiri sms yang isi nya “yan, udah malam, kecilin donk musiknya, gw mw tidur”. Dan itu udah diubah menjadi kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD. Kalau ditulis aslinya, jangan deh, nati orangnya baca.

“High School Never Ends”,double klik, dan munculah beberapa folder berisi foto dan video. Ada folder Study Tour, Jalan2, Mau2, XII IS 2, XII IS 1, dan Perpisahan Bushido 08. Maav, gw ga punya folder dengan nama XII IA xx, dan itu bukan salah gw. Salahin aja si Kacang, “tukang dokumentasi spesialis hp” yang Cuma ngejepret anak2 IPS, hahahaha.

Cursor mouse gw bergerak menuju sebuah folder, double klik, dan kalau dihitung ada ratusan foto dalam folder ini plus videonya. Ya, folder “Perpisahan Bushido 08”. Gw buka satu per satu video yang berformat 3GP ini, maklum jaman gw SMA hp merupakan salah satu alat yang bisa dipake buat mengabadikan suatu moment.

Yang paling berkesan adalah sebuah video yang di dalamnya berisi jejeran lelaki dan wanita paruh baya yag sedang meneteskan air mata sambil memberi restu pada calon-calon penerus bangsa untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Ratusan pasang mata yang mengucurkan cairan bahagia dari mata mereka yang diiringi lagu Hymne Guru. Para pemimpi ini tak henti-hentinya mencuim tangan-tangan kurus sang pahlawan tanpa tanda jasa yang sudah termakan usia. Tangan-tangan yang sudah mulai keriput dan dihiasi satu-dua cincin 24 karat. Ini lah tangan-tangan yang setiap hari melecut semangat kami, Bushido 08, para pemimnpi dari Bukittinggi, untuk mulai meniti mimpi.

Dan gw adalah salah satu dari pemimpi tersebut. Gw masih ingat ketika seorang guru paruh baya dengan kerudung hijau yang sepadan dengan baju dinasnya, menghapus tetes-tetes air mata di pipi gw dengan cinta dan kasih sayangnya. Semakin deras air mata yang keluar dan semakin erat pelukan gw, dalam hati gw berbisik ”Terima kasih Ibu”.

Sekarang para pemimpi ini sedang menggapai mimpi-mimpi mereka di berbagai tempat. Singapore, Malaysia, Jakarta, Bandung, Jogja, Medan, Pekanbaru, Padang, dan ada yang masih tetap di Bukittinggi. Tempat bukanlah halangan dalam menggapai mimpi, asalkan tekun dan mau berkerja keras, semua mimpi pasti akan menjadi kenyataan.

Mey 2010, hampir dua tahun gw lulus, tapi rasanya belum ada satupun hal yang berarti yang udah gw berikan buat SMA gw, SMA N 1 Bukittinggi. Tapi walaupun begitu, dalam hati gw akan selalu terukir nama mu, tempat menuntut ilmu dan menemukan pengalaman baru, SMA Negeri 1 Bukittinggi

23.29 WIB
Minggu, 11 April 2010
Jatinangor

2 komentar:

  1. Subhanallah...
    Paragraf 5 sungguh memberi rasa.
    Begitu berartikah sosok guru di mata mereka?

    BalasHapus
  2. maksi da in,
    hanya salah satu cara berterima kasih

    BalasHapus